BanyuwangiNews.com – Gimun (60), buruh tani asal Dusun Krajan Barat, Desa/Kecamatan Singojuruh, sudah sebulan ini hidup dalam kegelapan. Meski rumahnya baru selesai direnovasi dan masih memiliki meteran listrik, aliran daya dari PLN telah terputus.
Pemutusan itu terjadi setelah pihak PLN menuding Gimun melakukan pencurian listrik. Dugaan tersebut muncul usai petugas menemukan kabel sebelum meteran rumahnya berlubang kecil, sebesar paku. Temuan ini kemudian berujung pada sanksi denda Rp7,5 juta yang dibebankan kepadanya.
“Saya tidak mengerti apa-apa. Tiba-tiba listrik dicabut, lalu saya disuruh bayar denda,” kata Gimun polos. Pria yang sehari-hari menggembala bebek ini mengaku bingung lantaran tak pernah menyentuh instalasi listrik di rumahnya.
Putri pertamanya, Fitriyani, menilai tuduhan itu tidak masuk akal. Menurutnya, ayahnya yang hanya buruh tani tak paham urusan kelistrikan.
“Bahkan menyentuh kabel saja takut, apalagi sampai melubangi kabel. Tagihan listriknya selama ini juga normal, sebulan bisa Rp300 ribu,” keluhnya.
Ria—sapaan Fitriyani—mengaku sudah beberapa kali mendatangi kantor PLN. Ia sempat diminta membuat surat keberatan agar aliran listrik bisa dipulihkan, namun sebulan berlalu tanpa tindak lanjut.
“Rumah ayah saya sejak 50 tahun lalu di situ, alat elektronik cuma TV 21 inci, kulkas, dan magic com. Tapi listrik langsung dicabut karena belum bayar denda,” tambahnya.
Di sisi lain, pihak PLN UPJ Rogojampi membenarkan temuan itu. Petugas Eko, yang didampingi Manajer UPJ Bayu Arif Ismawan, menyebut ada 11 lubang pada kabel sebelum meteran rumah Gimun.
“Lubang-lubang itu ditutup isolasi cokelat. Saat pemeriksaan rutin, kami temukan kondisi ini. Dendanya bisa dicicil,” kata Eko.
Hingga kini, keluarga Gimun masih menunggu kejelasan nasib listrik mereka. Sementara rumah sederhana itu tetap gelap gulita setiap malam.(Ali)
