BanyuwangiNews.com - Suasana berbeda terlihat di jalur utama Pelabuhan Ketapang, Rabu pagi (6/8). Bukan kerumunan biasa, melainkan lautan semangat dari ratusan sopir truk yang membentangkan bendera Merah Putih sepanjang 500 meter sebagai simbol perjuangan mereka.
Aksi yang digelar para pengemudi dari berbagai daerah di Jawa Timur dan Bali ini merupakan bentuk keprihatinan terhadap pelayanan buruk dan antrean berkepanjangan di jalur penyeberangan Ketapang–Gilimanuk. Di bawah payung Gerakan Sopir Jawa Timur (GSJT) dan Gerakan Aliansi Pengemudi Bali (Gapiba), mereka menyuarakan keresahan dengan cara yang tertib dan penuh makna nasionalisme.
BACA BERITA :
https://banyuwanginews.com/view/kelurahan-bakungan-jadi-role-model-pengelolaan-sampah-di-banyuwangi
“Ini bukan aksi anarkis, ini suara dari jalanan yang sudah terlalu lama kami telan. Bendera ini bukan hanya simbol negara, tapi tanda bahwa kami cinta negeri ini dan ingin perubahan yang lebih baik,” ujar Agus salah satu driver truck.
Dalam Aksi damai tersebut dimulai sejak pukul 09.00 WIB. Para sopir berkumpul di dua titik, yakni Terminal Tanjungwangi dan Ruang Tunggu Kendaraan (RTK) ASDP Selatan. Lebih dari 700 orang terlibat dalam aksi ini, dilengkapi 100 truk, puluhan kendaraan pribadi, hingga motor, dan mobil komando.
“Kami ini hanya pengantar logistik, tapi kenapa diperlakukan seperti tak punya hak? Kami bisa tidur dua sampai tiga malam di atas truk, tanpa kepastian kapan bisa menyeberang,” ujar Agus.
Aksi ini lahir dari situasi yang makin tak terkendali. Dalam sebulan terakhir, sopir-sopir truk logistik mengalami antrean hingga belasan jam, bahkan beberapa hari. Keterlambatan distribusi tak hanya merugikan pengemudi, tapi juga pengusaha dan masyarakat umum.
Selain penundaan pengiriman, biaya operasional meningkat drastis. Sopir bahkan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk makan dan kebersihan karena harus tinggal di atas kendaraan dalam waktu yang tidak menentu.
Yang membuat aksi ini mencuri perhatian adalah penggunaan bendera Merah Putih raksasa sepanjang 500 meter yang dibentangkan dari Pelabuhan Tanjungwangi hingga area ASDP Ketapang. Orator aksi menegaskan, ini bukan sekadar unjuk rasa-melainkan seruan moral untuk memperbaiki sistem transportasi lintas Jawa-Bali.
“Bukan bendera bajak laut. Ini bendera bangsa. Ini suara rakyat kecil yang ingin negara lebih adil kepada semua,” tegas salah seorang orator dari atas mobil komando.
Para sopir berharap, aksi damai ini menjadi momentum penting bagi pemerintah dan pihak operator pelabuhan untuk segera turun tangan. Mereka mengingatkan bahwa logistik adalah nadi ekonomi nasional, dan harus dijaga kelancarannya.
“Kami tidak minta diprioritaskan, kami hanya ingin keadilan dalam pelayanan. Jika distribusi macet, maka yang terdampak bukan hanya kami, tapi seluruh Indonesia,”ujar Agus.(Ali)