Potensi Air Bersih dan Irigasi Pertanian Masih Andal di Wilayah Korsda Singojuruh

Singojuruh – Wilayah Koordinator Sumber Daya Air (Korsda) Singojuruh yang secara administratif mencakup dua kecamatan, yakni Singojuruh dan Songgon, memiliki potensi besar dalam penyediaan air bersih dan irigasi pertanian. Salah satu potensi utama air bersih berada di wilayah Kecamatan Songgon, yang saat ini sebagian besar dikelola langsung oleh dinas terkait.

"Untuk air bersih, sumbernya berasal dari Songgon dan langsung dikelola oleh dinas. Kegiatan HIPAM memang ada, tapi pengelolaannya bukan di bawah Korsda," ujar Korsda Singojuruh, Warsindi saat ditemui di kantornya, Rabu (6/8/2025). 

Meski HIPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum) beroperasi di wilayah Singojuruh dan Songgon, datanya dikelola langsung oleh dinas. Proses seleksi dan pendataan penerima manfaat pun ditentukan oleh pihak dinas, dengan petugas lapangan atau "juru" yang bertugas di wilayah Korsda.

"Saat ini, ada enam juru di Korsda Singojuruh. Tapi tidak semua wilayah memiliki HIPAM. Yang ada hanya di beberapa titik seperti di Bedewang dan Songgon," imbuhnya.

Dalam hal irigasi, wilayah Korsda ini mencakup areal sawah yang cukup luas, yaitu sekitar 2.000 hektare. Beberapa sumber air utama berasal dari Dam Tengoro yang mencakup 1.074 hektare dan dari aliran Sungai Badeng yang mencakup sekitar 1.704 hektare.

"Alhamdulillah, selama ini tidak pernah ada kendala berarti dalam pengairan. Bahkan saat musim kering (MK2), debit air masih bisa kita atur melalui sistem pembagian giliran antar kejuron," jelasnya.

Satu-satunya bendung utama yang menopang kebutuhan irigasi berada di Tengoro. Meski tidak tersedia embung tambahan, suplai air masih mencukupi. Namun, pihak Korsda menilai idealnya perlu tambahan infrastruktur seperti embung atau bendung baru, guna mengantisipasi potensi penurunan debit di masa mendatang.

"Kalau mengikuti kebutuhan ideal, ya memang sebaiknya ada tambahan. Tapi sejauh ini belum pernah ada kekeringan atau gagal panen yang disebabkan oleh irigasi," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa kegagalan panen umumnya disebabkan oleh serangan hama seperti wereng, bukan karena kekurangan air.

Keberhasilan sistem irigasi ini juga tidak lepas dari kolaborasi dengan HIPPA (Himpunan Petani Pemakai Air). Di setiap kondisi krisis air, HIPPA dan Korsda senantiasa berkoordinasi untuk menjamin kebutuhan petani tetap terpenuhi.

"Kami siap terus membantu petani, asalkan para petani juga mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Misalnya saat MK2, harusnya tanam polowijo, tapi masih ada yang memaksakan tanam padi. Itu menyulitkan pembagian air," ungkapnya.

Data hasil produksi pertanian belum tersedia secara lengkap dari Korsda, karena hal tersebut berada di bawah kewenangan Dinas Pertanian.

Dengan dukungan pengelolaan irigasi yang baik dan sinergi antar lembaga, wilayah Singojuruh dan Songgon tetap menjadi lumbung pangan yang andal bagi Banyuwangi. (amn) 

Related Post

Tinggalkan Komentar

banyuwanginews.com

Merupakan Media Online yang berada di Banyuwangi dengan mengutamakan informasi yang cerdas, Akurat dan berimbang