Persewangi : Jangan Lupa Aturan Main

Suasana dari tribun barat Stadion Diponegoro saat Persewangi Banyuwangi bertanding.

BanyuwangiNews.com - Persewangi Banyuwangi masuk di babak 8 besar Liga 4 Jawa Timur. Di dalamnya terdapat 4 tim yang berhome base bersama di Stadion Diponegoro, Banyuwangi. 

Mereka adalah, Persewangi Banyuwangi, Persema, Inter Kediri dan Sang Maestro. Laga demi laga dilalui oleh sejumlah tim yang berebut tiket naik kasta ke Liga 3 ini. 

Pertandingan perdana anak-anak Laskar Blambangan menghadapi Sang Maestro berakhir imbang 1-1. Berlanjut pertandingan kedua, anak asuh Alexander Saununu berhasil menang 2-1 atas Inter Kediri. 

Namun ada yang menarik dari laga-laga itu. Terutama laga antara Persewangi vs Sang Maestro yang hingga kini menyisakan polemik.

Pasca pertandingan itu tak dinyana Komisi Disiplin (Komdis) Asprov PSSI Jatim memberikan sanksi denda sebesar Rp 40 juta kepada Persewangi Banyuwangi. Hal itu terjadi atas beberapa kejadian yang tak luput dari ratusan pasang mata saat di lapangan. 

Di antaranya, ASPROV PSSI Jatim menyimpulkan adanya lemparan botol ke dalam lapangan yang dilakukan oleh official maupun pemain Persewangi Banyuwangi. Termasuk adanya insiden pemukulan oleh pemain hingga dugaan provokasi dari asisten pelatih.

Jelas, lantaran keputusan pelanggaran aturan telah dikeluarkan maka aturan mainnya harus dijalankan. Alhasil, anak-anak The Lasblang harus membayar denda kepada PSSI Jawa Timur. 

Terlepas, adanya insiden lainnya yang belum ada pembuktian, namun aturan mainnya demikian. Klub mau gak mau harus mematuhi itu. 

Ada alasan, sejumlah insiden merupakan dampak pemicu dari cara kerja pengadil lapangan. Tapi, keputusan Panitia Disiplin berkata lain. 

Paling jelas adalah sebelum saat keputusan itu dikeluarkan, kejadian di lapangan yang disangkakan itu benar adanya. Bahwa dugaan ada lemparan botol, pemukulan, provokasi ditambah ada hukuman kartu itu ada. 

Lalu, apa yang menjadi dalih keberatan dari pihak Persewangi Banyuwangi? 

Koordinator Suporter Blambangans, Aldi (26) menyebut saat pertandingan itu berjalan kondusif. Meskipun tensi sempat meninggi di lapangan antar pemain.

Aldi mengatakan, denda ataupun sanksi cukup memberatkan bagi klub kebanggaannya itu. Bahkan, jika dituruti sangat merugikan. 

"Ini merugikan tim Persewangi, denda Rp 40 juta itu banyak. Apalagi kalau di Liga 4," ujar Aldi, Kamis (13/02/2025).

Pentolan suporter ini justru menyebut wasit menjadi kambing hitam. Pengadil lapangan itu disinyalir menjadi biang keuntungan untuk tim lawan. 

Begitu pula dengan federasi yang dinilainya kurang tegas dalam mengambil keputusan untuk kinerja wasit. Kondisi itu yang dinilainya menjadi simalakama pertandingan. 

"Harapan suporter, lebih fairplay lah soal kepemimpinan wasit, Persewangi dirugikan hal ini," imbuhnya.

Kinerja wasit di lapangan jauh dari fairplay, bahkan tampak menjengkelkan. Akan tetapi, laga berjalan lancar hingga akhir pertandingan tanpa ada kerusuhan dari suporter.

"Kalau di Liga 4 masih ada mafia bola. Kita harus berantas," tegasnya.

Sementara itu, Humas Persewangi, Rudi Hartono Latif, menyampaikan kekecewaan atas keputusan yang dianggap merugikan timnya. 

"Ini menciderai sportifitas dalam sepak bola. Padahal petandingan kemarin berjalan lancar. Kita merasa kecewa dengan hal tersebut," ungkap Rudi.

Begitulah kiranya iklim sepak bola di negeri ini. Miris saat tim kalah akan berdalih pengadil lapangan jadi pesakitan. 

Tapi, terkadang juga kinerja wasit patut menjadi terdakwa lantaran seolah menjadi penentu kemenangan ataupun kekalahan dari sebuah tim. Namun, lagi-lagi dua tim yang bertanding sama-sama mencari kemenangan. 

Bukan mencari pembenaran untuk keuntungan tim saat menjadi pesakitan. Jadi, kembali lagi apakah aturan sudah dijalankan dengan benar?

Menjadi dewasa atas semua permasalahan. Jangan lupa aturan main! (amn) 

Related Post

Tinggalkan Komentar

banyuwanginews.com

Merupakan Media Online yang berada di Banyuwangi dengan mengutamakan informasi yang cerdas, Akurat dan berimbang