Muncar – Sejumlah warga Kecamatan Muncar mengeluhkan bau tak sedap khususnya bagi mereka yang berada di wilayah dekat pantai dan pabrik ikan. Bagi pendatang baru di daerah tersebut, kondisi ini cukup mengganggu.
Kecamatana Muncar memang tersohor sebagai penghasil dan pengolahan ikan terbesar kedua di Indonesia. Kondisi itu menuntut banyak menarik investor untuk mendirikan pabrik pengolahan ikan.
Akan tetapi, keberadaan industri ini di sisi lain menimbulkan persoalan lingkungan. Utamanya, lantaran tingginya operasional industri tak sebanding dengan fasilitas lain, seperti minimnya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Akibatnya, limbah hasil pengolahan ikan kerap meluber ke selokan sekitar pabrik. Dampaknya, lingkungan tercemar sehingga kerap menimbulkan bau tidak sedap.
Warga yang tinggal di sekitar kawasan industri mengeluh sebagai korban. Benar saja, saat pabrik beroperasi dan dibarengi dengan curah hujan tinggi membuat kawasan bak bau busuk yang menyengat.
Hal itu membuat Komisi IV DPRD Banyuwangi melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah lokasi pembuangan limbah di Kecamatan Muncar. Sidak ini dipimpin langsung oleh Ketua Komisi IV DPRD Banyuwangi, Patemo.
"Sidak atau tinjauan lapangan ini dilakukan untuk menindaklanjuti laporan masyarakat terkait pencemaran sungai di sepanjang Kecamatan Muncar," ujar Patemo.
DPRD Banyuwangi berencana meminta pihak pabrik untuk segera menangani pencemaran limbah. Tujuannya agar tidak semakin merugikan masyarakat sekitar.
Tapi, melihat kondisi itu di sisi lain masih teringat jelas bagaimana sebagian warga melakukan penolakan terhadap berdirinya IPAL Terpadu di Kecamatan Muncar. Saat itu, warta menolak pembangunan instalasi limbah tersebut di daerahnya.
Penyebabnya, saat pemasangan tiang pancang membuat kawasan bergetar, dampaknya mengganggu. Alasan lain, pemasangan tiang pancang juga sempat merusak sejumlah rumah di sekitarnya. (amn)
