Pemkab Banyuwangi Gandeng UGM untuk Ekskavasi Penyelamatan Pusat Kerajaan Blambangan di Situs Macan Putih

BanyuwangiNews.com – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bersiap melakukan ekskavasi penyelamatan di kawasan Situs Macan Putih, Kecamatan Kabat. Langkah ini merupakan bagian dari upaya melestarikan peninggalan sejarah Kerajaan Blambangan yang menjadi identitas penting masyarakat Banyuwangi.

Dalam kegiatan tersebut, Pemkab menggandeng Dr. Sri Margana, sejarawan dan dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, yang juga pernah memimpin penelitian arkeologi di situs yang sama pada tahun 2015.

Situs Macan Putih dikenal luas sebagai lokasi pusat pemerintahan Kerajaan Blambangan di masa Prabu Tawang Alun II sekitar tahun 1655–1691 Masehi. Namun, kini sebagian area situs telah berubah menjadi kawasan permukiman, sehingga dikhawatirkan jejak sejarahnya akan semakin sulit diselamatkan.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menegaskan, pelestarian situs sejarah adalah bagian dari upaya menjaga warisan budaya yang membentuk jati diri masyarakat Banyuwangi.

“Kami ingin menyelamatkan bukan hanya benda purbakala, tetapi juga nilai dan memori kolektif yang terkandung di dalamnya. Situs Macan Putih adalah simbol kejayaan Blambangan yang harus kita jaga bersama,” ujar Ipuk, Selasa (4/11/2025).

Ipuk berharap kegiatan ekskavasi ini dapat membuka ruang baru untuk penelitian sejarah, sekaligus mengembangkan situs tersebut menjadi destinasi wisata edukatif yang memperkaya pariwisata Banyuwangi.

Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Perumahan dan Permukiman (DPU CKPP) Banyuwangi, Suyanto Waspo Tondo Wicaksono atau akrab disapa Yayan, menyebutkan bahwa kegiatan ekskavasi akan dilakukan secara sistematis untuk memetakan kembali struktur arkeologis dan melindungi peninggalan yang masih tersisa.

“Kami akan mengidentifikasi ulang hasil ekskavasi terdahulu dan menyusun langkah-langkah konservasi. Hasilnya akan dituangkan dalam bentuk naskah akademik dan rekomendasi pelestarian situs,” jelas Yayan.

Menurut Yayan, kondisi situs saat ini cukup memprihatinkan. Sejumlah struktur bangunan seperti pondasi dan tembok keliling istana sudah mulai rusak akibat faktor waktu dan aktivitas manusia. Ekskavasi terakhir yang dilakukan pada 2015 belum sempat dilanjutkan secara menyeluruh.

“Jika tidak segera dilakukan penyelamatan, sebagian besar peninggalan berisiko hilang. Karena itu, Pemkab akan kembali memulai kajian penyelamatan tahun ini,” tambahnya.

Sementara itu, Dr. Sri Margana menyatakan kesiapan UGM untuk kembali melakukan penelitian lanjutan. Pihaknya akan memadukan data hasil ekskavasi lama dengan penelitian terbaru, termasuk penelusuran arsip kolonial, catatan lokal, serta wawancara dengan masyarakat setempat.

“Tujuan kami adalah menyusun rekonstruksi sejarah Macan Putih secara komprehensif, sehingga bisa dijadikan laboratorium sejarah dan destinasi wisata budaya,” terang Margana.

Dalam ekskavasi tahun 2015, tim arkeolog menemukan berbagai peninggalan penting, seperti pondasi bangunan batu bata, gerabah, pecahan keramik, hingga artefak tulang yang menunjukkan aktivitas kehidupan di pusat kerajaan abad ke-17.

Margana menilai, langkah Pemkab Banyuwangi menggandeng akademisi merupakan keputusan tepat dalam upaya pelestarian warisan sejarah.

“Banyuwangi punya narasi sejarah yang kuat dan panjang. Bila dikelola dengan baik, situs seperti Macan Putih akan menjadi daya tarik wisata budaya yang bernilai tinggi,” tutupnya.

Ekskavasi tahap awal akan difokuskan di kawasan inti Macan Putih sebelum diperluas ke situs-situs lain yang berkaitan dengan jejak Kerajaan Blambangan.(Ali)

Related Post

Tinggalkan Komentar

banyuwanginews.com

Merupakan Media Online yang berada di Banyuwangi dengan mengutamakan informasi yang cerdas, Akurat dan berimbang